Life Crisis (really?)


Minggu lalu, 22 – 23 Februari 2020, gue mutusin buat ikut Malam Keakraban alias Makrab yang emang diadain tiap tahun di jurusan setelah selama kuliah gue gak pernah ikut, kecuali waktu angkatan gue jadi panitianya. Kebetulan namanya Castaway, mengusung konsep pesawat jatoh dan diadain di Villa Van House, Lembang. Bisa-bisanya, gue bela-belain ke Bandung nyusul sore-sore bareng Bintang naik travel, padahal bis berangkat dari UI sekitar jam 08:00 pagi. Pas di travel, Bintang nanya gue, “Grace, kok kita niat banget ya sampe nyusulin gini, sore-sore ke Bandung? Kita berdua sama-sama belom pernah naik travel, tapi kok lu iya-iya aja? Biasanya orang yang belom pernah pengalaman, pasti males”, gue jawab, “Ya yaudah, kan ada temennya ini, nekat bareng-bareng aja, Bin. Tapi iya juga sih, kita niat banget.”

Sampe di Bandung, gue sama Bintang agak panik-panik ajaib diturunin di pinggir jalan Pasteur. Jalannya beneran kayak jalan di Margonda, serem banget. Tapi akhirnya gue sama Bintang bisa nyebrang dan jalan ke BTC, karena kita janjian sama Rahma & Ate buat pergi bareng-bareng ke Lembang. Kita berempat sampe di Villa kira-kira jam setengah 8 malem.

Pas nyampe, langsung makan dan acaranya langsung ke sesi sharing. Anyway, acara makrab yang diadain tiap tahun ini pasti panitianya adalah para Mahasiswa Baru, merekan ngundang seluruh angkatan-angkatan atas, tujuannya ya supaya saling kenal dan bisa sharing soal dunia kuliah & dunia pekerjaan. Sesi sharing di rundown acara sih selesai sekitar jam 10 malam, itupun yang sharing adalah kakak angkatan atas yang emang udah paling pengalaman, tapi sesi sharing gue dan temen-temen lainnya berlangsung sampe jam 1 pagi. Menarik.

Kira-kira kita ber-10 dalam satu meja, sambil makan sate barbeque dan minum... air putih, kita ngobrol panjang lebar dari A – Z. Gue sibuk mendengarkan semua cerita yang bermuara pada satu kesimpulan pertanyaan, are we really in our (quarter) life crisis?

Selama kuliah, gue gak pernah melihat betapa bingung & sulitnya, atau mungkin jauh dalam hati dan pikiran, we are stressed out, karena gue liat, dulu kita semua having fun dengan apa yang kita kerjakan dan gue liat... we really do the things that we like. But, why it seems so hard right now?

“Gue gak mau bilang ini life crisis sih, gue masih denial dengan itu, tapi kenyataannya... emang iya, Grace. This is life crisis.”

Ada yang kerja udah di zona nyamannya, tapi ada juga yang mau keluar dari zona nyaman itu. Ada yang belum dapet pekerjaan, ada juga yang pengen pindah dari kerjaannya. Ada yang ngerasa gak pede karena dia kerja bukan di perusahaan terkenal, ada juga yang nggak betah karena dia kerja di perusahaan terkenal. Ada yang bertahan karena lingkungan kantor yang positif, tapi ada juga yang keluar karena lingkungan kantor yang toxic. Ada yang ditikung, ada yang kontrak kerjanya udah selesai, ada yang magang, ada yang kerja jauh dari keluarga, dan lain-lain.

Life crisis disini mungkin lebih ke... pencarian. Kita semua lagi dalam pencarian. Pencarian soal apa yang kita suka, apa yang kita pengen lakuin, apa yang membuat kita senang untuk melakukannya, apa tujuan kita untuk melakukan hal itu. Pencarian rasa percaya diri, rasa ingin membanggakan keluarga, dan rasa kuat untuk bertahan sedikit lagi. Mungkin keliatannya sederhana, tapi kadang itu semua penyebab hati & pikiran kita jadi berantem sendiri.

Mungkin dulu, kita belum terbiasa dengan penolakan karena kita terus dimanja dengan pengakuan, makanya mungkin... sekarang kita jadi sombong dan kecewa.

Ngga ada yang namanya kesalahan dalam proses pencarian, menurut gue ini fase yang akan dilalui semua orang, dan tugas kita adalah untuk saling mendukung & saling menguatkan satu sama lain.

Jadi... mungkin ini alesannya kenapa gue jadi niat banget buat ikut makrab, sampe bela-belain nyusul naik travel. Selain temu kangen, gue juga bisa mendengar segala masalah & pergumulan temen-temen yang lain, dan akhirnya gue sadar kalo gue gak sendiri, kita semua punya akar masalah yang sama, kita merasa kehilangan arah dengan permasalahannya masing-masing, ya... mungkin karena kita masih mencari, kemana arah kita selanjutnya.

Gue pun ngerasain banget yang namanya kehilangan arah, kacau, bingung mau gimana, harus apa, tapi gue bersyukur dengan dengerin semua cerita-cerita, gue bisa ambil suatu kesimpulan yang mungkin ada benernya. We all are still searching for our next step, should we go left or right?

It’s okay, take your time, you got this.

Kita sama-sama belajar, sama-sama bertumbuh, saling mendukung, saling menguatkan. Jadi inget dulu mentee gue pernah bilang, nahkoda hebat nggak terlahir dari ombak yang tenang.

Jadi... yuk, kita bertahan sedikit lagi, tetep berusaha positif dengan segala keputusan yang diambil dan segala hal yang terjadi, apapun itu, percayalah, itu yang terbaik

Time will answer, because all of our hardwork, at the end, it will paid off.

It’s okay, take your time, you got this!

Comments

Popular posts from this blog

Jalur Masuk untuk jadi Mahasiswa UI

Asian Games 2018: Tujuan, Cita dan Harapan

[LIRIK LAGU] Bright As The Sun – OST Asian Games 2018